Light novel indo Novel indo Isekai novel indo

Hail the king chapter 7

Chapter 7: Barisan Pertahanan yang Runtuh

Kastil Chambord.
Telinga semua orang dipenuhi dengan teriakan duka cita dan teriakan perang yang kencang.
Kedua sisi baik penyerang maupun yang ebrtahan bertarung dengan seluruh hal yang mereka punya. Seolah kalau bukan aku yang mati maka kau yang mati.
Gelombang musuh yang mengenakan pakaian pelindung ringan berwarna hitam bergerak ke kastil seperti tsunami hitam. Ada tiga tangga pengepungan yang seperti monster perang; kait di tangganya tertancap di pinggir benteng, terus menerus mengirimkan semakin banyak musuh untuk melawan penahan di dinding. Kaitnya membuat tangga pengepungan itu susah disingkirkan, dan satu squat dengan jumlah 30 orang lawan bertarung dengan agresif untuk melindungi tangganya.
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak lawan yang bisa naik ke dinding kastil.
Ini bukanlah situasi yang bagus untuk kastil Chambord; ada sepuluh kali lipat musuh dibandingkan prajurit dari Chambord.
“Pierce? Pierce….. dimana kau? Kau bajingan!” seorang berbadan 6 kaki 8 inchi berambut hitam mengenakan rompi pelindung rantai berbalik dan berteriak seraya menyabet seorang lawan. “Pierce! Ambil pria berbadan besar dan singkirkan tangga keparat itu. cepat!”
“Baik pak!”
Tak terlalu jauh, Pierce yang berambut putih bermandikan darah. Sudah sangat susah membedakannya dengan lawan yang sudah dia bunuh. Setelah ia mendengar perintah, dia melambai ke prajurit didekatnya, “Ayo kalian, kita pergi! kita harus membunuh para keparat ini dan menghancurkan tangga-tangga itu!”
Pierce yang berambut putih itu sudah terkenal di Chambord karena kekuatan tak tertahankannya.
Seraya pembuluh darah di tangannya mengembung/membengkak, dia mulai mengayunkan palu besi besar yang seukuran dua bola basket. Seperti pengamuk legendaris, dia membersihkan lawan yang ada dijalannya seolah mereka adalah lalat. Tak ada lawan yang bisa menghentikannya.
Dia mendekati tangga pengepung itu dengan cepat, meninggalkan jalanan penuh kematian dan darah dibelakangnya. Sekitar dua puluh-an prajurit mengikutinya. Mereka berkomitmen untuk menyelesaikan misinya.
Lawan yang sedang menjaga tangga akhirnya waspada.
“Perhatian! Maju! Formasi setengah busur!”
Pimpinan dari tim pertahanan lawan berteriak!
“Kata, kata, kata, kata!”*
*efek suara
Ada tiga puluhan orang musuh yang membentuk setengah lingkaran di sisi dinding, danmelindungi tiga tangga itu dengan posisi setengah lingkaran. Dengan pisau hiu? yang masih meneteskan darah menunjuk keluar, mereka seperti landak logam, menunggu penyerangnya membuat kesalahan sebelum akhirnya memanfaatkannya dan menyelesaikan mereka.
Musuh mereka tampak lebih terlatih dibandingkan prajurit dari Chambord.
Sepuluh meter ….
Enam meter ….
Tiga meter ….
Satu meter …..
Jarak antara prajurit yang dipimpin Pierce dan lawannya menghilang dalam hitungan detik.
Akhirnya –––––
“Hooo! Pergilah ke neraka!”
Pierce tiba-tiba berteriak. Dia mengayunkan palunya sekuat tenaga, seolah itu adalah tombak ringat, palunya melayang dari tangannya dan terbang kerah formasi musuh.
Palu raksasa penuh darah itu membentuk lintasan kematian yang indah di udara, menabrak formasi bertahan mereka dengan kekuatan yang menghancurkan.
“Bang!”
Palu itu membuat luka yang besar di pihak lawan. Darah tercecer, pedang yang patah dan anggota tubuh terbang keseluruh tempat.
Pihak musuh benar-benar tak menyangka jenis manuver seperti ini. palu terbang itu membentuk sela di tengah-tengah formasi.
Dengan menghancurkan tiga tangga pengepung itu, pihak musuh tak akan punya jalan untuk pergi kedalam kastil Chambord untuk sat ini. setelah membunuh semua lawan yang ada di dinidng pertahanan, semua orang yang bertahan akhirnya punya waktu untuk beristirahat dengan aman. Kalau tidak, kastil akan terus dikepung dan semua teman dan keluarga mereka akan menjadi budak perang, tanpa punya harapan untuk hidup bebas selama beberapa generasi.
Setelah memikirkan hal ini, seluruh prajurit termotivasi untuk mengalahkan lawan, moral/semangat mereka begitu tinggi hingga darah di tubuh mereka hampir terbakar.
Mereka tak bisa membiarkan lawannya mengepung kastil. Meskipun mereka mati, mereka tak akan mundur.
“Serbu!!”
“Serbu!!!!!!!”
Para prajurit mengikuti Pierce, yang dengan gila menyerbu pihak lawan.
Pierce menyerbu di depan, mengambil kembali palu yang sudah dilemparkannya sebelum musuhnya bisa beraksi, dan mulai meremukkan mereka. Ayunan kuatnya memaksa semua lawan didekatnya tak punya waktu untuk bereaksi sebelum Pierce menghancurkankepala mereka. Tak ada satupun diantara mereka yang bisa menghentikannya.
“Remukkan! Hancurkan!”
“Bang!”
“Clang!”
Senjata, baju zirah dan tinju kosong saling bertabrakan.
Darah muncrat, dan anggota tubuh yang terpisah sudah menggambarkan ‘neraka’ disana.
“Boom!”
Pierce menghantam pedang dan lawan dihadapannya hingga ia terjatuh dari kastil. Dia melihat keatas dan melihat kalau tangganya berada tepat dihadapannya. Dia mengayunkan palunya sekali lagi untuk membuat mundur lawan yang segera mendekat.
“Dang! Dang! Dang!”
Dia berlari kedepan dan menghancurkan semua kait di tangga.
“Enyah!”
Pierce menendang tangganya dengan seluruh tenaga. Dia mendengar banyak teriakan. Saat tangganya jatuh, pihak musuk yang sedang memanjat semua jatuh ke tanah seperti kue bola. Mereka diremukkan dengan tangga berat dan berubah menjadi pasta daging penuh darah seketika.
“Bagus!”
Komandan berambut hitam melihat apa yang sudah dilakukan Pierce dan berteriak.
“Ding!Ding!Ding!”
“Pierce! Kerja bagus! Dua lagi! Selesaikan mereka semua dan aku akan membelikan bir terbaik untukmu! Kalian semua bisa minum!” dia sedang bertarung dengan musuh yang kurus tapi tinggi saat sedang berteriak. Lawan ini benar-benar sangat lihai. Meskipun dia adalah seorang komandan, tapi mereka sudah bertarung selama sepuluh detik dan tak ada satupun diantara mereka yang mendapat keuntungan.
“Haha! Brook, Bossman! Kau yang mentraktir birnya malam ini!”
Pierce menjawab dengan penuh semangat. Meskipun dia sedang berbicara, dia sama sekali tak melambankan serangannya. Palunya masih secepat petir; dia melakukan hal yang sama dengan tangga pertama.
“Dang! Dang! Dang!”
Dia menghancurkan semua kait dari tangga kedua. Tapi saat ia mau menendang tangganya jauh dari dinding,
Tiba-tiba ––––
“Mati! Bangsat!”
Sebuah bayangan hitam langsung melayang ke dinding pertahanan. Rapier yang digunakan oleh musuhnya langsung ditujukan untuk menusuk kepala. Dia ingin mencoba langsung membunuh Pierce.
Tak ada banyak waktu untuk Pierce bereaksi. Waktu yang dimilikinya digunakan untuk memposisikan palunya hingga kepalanya terlindungi.
Dua kali serangan itu menghantam tepat di tengah palu dan membuat beberapa percikan.
Sebuah kekuatan tak tertahankan melewati palunya dan membuat Pierce terkejut.
Meskipun pierce terlahir dengan kekuatan yang melampaui kekuatan manusia, tapi dia tak bisa menahannya. kekuatannya mendorongnya mundur empat langkah. Serangan itu juga mematahkan beberapa jarinya hingga ia hampir tak bisa memegang palunya lagi.
“Sialan! Seorang ahli!” Pierce terkejut.
Akan tetapi lawan itu sudah berhenti menyerangnya. Saat lawan itu menaikkan rapier-nya lagi, pierce mendengar banyak teriakan. Lawannya bergerak begitu cepat hingga ia kembali menjadi bayangan gelap lagi. Prajurit lain yang datang bersama dengan Pierce semuanya sudah terjatuh ke tanah. Setelah ia melihat dengan lebih jelas, mereka semua mempunyai lobang di kepalanya, cairan putih dan merah mengalir keluar, cairan itu berasal dari otak mereka.
“Bender! Bond! Tony! … saudara-saudaraku!!” Pierce berteriak.
Dia tak bisa menahan apa yang baru saja ia lihat, dan hampir pingsan karena syok.
Teman-teman baiknya yang kemarin malam bersenang-senang bersama di bar yang ia percayai dan cintai semuanya dibunuh oleh orang dihadapannya. Dia merasa seolah langit sudah jatuh.
“Mati! Kau iblis!”
Pierce berteriak. Dia melupakan luka di tubuhnya. Dia memandangi lawannya, menyerah untuk bertahan dan menyerbu kedepan. Lawan ini sudah meninggalkan banyak luka parah di tubuh Pierce dan Pierce bahkan tak bisa menyentuhnya. Tapi Pierce tak peduli, dia terus menerus mengayunkan palunya.
“Haha, itu tak ada gunanya!” musuhnya ini tertawa. Dia terdengar seperti burung gagak.
Rapier miliknya terllau cepat dan lawan ini terlalu kuat.
Musuhnya itu kembali bergerak, dan rapier miliknya kembali mengarah ke kepala Pierce lagi.
Pierce memiringkan tubuhnya seolah ia sedang berusaha untuk menghindari serangannya, tapi rapier itu dengan mudah menembus ke pundaknya. Musuhnya itu tersenyum menghina, dia baru saja mau menarik rapier miliknya  dan menghabisi nyawa Pierce.
Tapi –––
Dia terkejut saat menemukan kalau ia sudah tak bisa menarik rapiernya lagi?!
Darah menyembur dari mulut Pierce.
Tapi saat itu pria berambut putih itu mulai tertawa.
Ia tertawa bahagia!
Lawannya tak tahu apa yang terjadi, tapi dia seolah meremehkan lawannya.*
*yang diremehkan adalah Pierce.
Tapi tak ada waktu untuk lawannya bereaksi.
Pierce menggenggam pedangnya dengan erat menggunakan kedua tangan; seolah ia tak merasakan rasa sakit, dia membiarkan rapiernya berada di pundaknya dan menghantamkan tubuhnya ke lawannya. Ini membuat pria yang menggunakan rapier itu terkejut dan dia harus terus menerus mundur.
Hanya membutuhkan tiga detik mereka mencapai pinggiran dinding pertahanan.
Kalau lawannya mundur lagi, dia akan terjatuh dari dinding yang tingginya dua ratus kaki. Meskipun dia sangat kuat, tak mungkin dia tetap hidup setelah jatuh dari ketinggian seperti itu.
“Bangsat!”
Musuhnya benar-benar marah, dia tak punya pilihan lain selain melepaskan rapier miliknya.
Dipaksa mundur oleh prajurit rendahan untuk melepaskan senjata favoritnya, musuh itu benar-benar malu kepada dirinya sendiri. Dia adalah pendekar satu bintang yang terhormat.
Setelah dia melepaskan rapier miliknya, api merah mulai muncul disekitar tubuhnya. Tinju dengan temperatur yang bisa melelehkan besi mendarat di punggung pierce. Dia akan memakan hidup-hidup pria berambut putih ini kalau dia bsia.
“Puh… hahaha. Aku menang kali ini, kau bajingan tengik!”
Pierce memuntahkan darah dari mulutnya, tapi dia tertawa dengan bangga.
Pierce melepaskan rapiernya, dan bergegas ke tangga pengepungan kedua. Karena dia sudah melepaskan kait di tangga ini sebelumnya, dia mendorongnya jatuh dari dinding dengan tangan kirinya. Seluruh lawan yang naik ke tangga jatuh ke tanah dan remuk menjadi tumpukan daging tumbuk juga.
“Sialan! Kau budak rendahan! Aku bersumpah aku akan membunuh semua orang di dalam kastil ini!”
Lawannya benar-benar marah. Dia tau kalau pria ini bukan berusaha mendorongnya jatuh dari tangga, rencananya sejak tadi adalah menghancurkan tangga pengepung kedua; dan dia sudah dibodohi!
Dia menghunuskan rapiernya sekali lagi ke Pierce dengan semua tenaga. Pierce sudah pingsang karena semua luka dan kehilangan darah.
“Sialan! Hati-hati!”
Brook, sang komandan berteriak dengan khawatir. Tak ada apapun yang bisa ia lakukan, dia masih berada dalam pertarungan jarak dekat dengan lawan mumpuni lainnya.
Pertempuran pengepungan ini hampir berlangsung selama sehari penuh. Ada beberapa individu kuat dari sisi Chambord, tapi mereka semua sudah berfokus ke komandan ihak musuk. Bahkan pendekar tiga bintang lampar juga sedang bergumul dengan pendekar berbintang dari pihak lawan.
Saat ini, tak ada siapapun yang bisa menyelamatkan nyawa Pierce!
Rapier yang diselimuti api itu hanya satu inchi jauhnya dari leher Pierce!

Share:

0 comments:

Post a Comment

Blogroll

BTemplates.com

Search This Blog

Powered by Blogger.

Pages