Light novel indo Novel indo Isekai novel indo

Hail the king chapter 6

Chapter 6: Kekuatan tak Terduga

Fei terkejut.
“Waktu maksimal bermain untuk hari ini? apa itu?”
Dia tak menyangka sesuatu seperti ini terjadi saat ia bersiap untuk kembali ke [Rogue Encampment].
Berikutnya pandangan Fei menjadi kabur. Seluruh dunia mulai terpelintir dan memudar didepan matanya. Kemudian yang dilihatnya selanjutnya adalah gelap total.
……
……
Fei membuka kembali kedua matanya, dan menemukan dirinya kembali ke istana raja lagi.
Dekorasi indah, furniture luar biasa dan ranjang berukuran raja berwarna meerah gelap dan disepuh dengan emas benar-benar kebalikan dari perasaan kelam dan penuh darah dari dunia Diablo.
“Apa yang terjadi? apa aku… baru saja bermimpi buruk?” Fei kebingungan.
Fei masih terbaring di ranjang. Hanya saja perbedaan antara sebelum ‘mimpi buruk’ dan setelah ‘mimpi buruh’ adalah ia merasa sangat panas dan mengucurkan keringat; seolah ia baru saja keluar dari ruang sauna.
Dia merebahkan dirinya kembali ke ranjang, dan dengan mengejutkan menemukan kalau rasa pusing yang dirasakannya saat kembali bangun di dunia ini hilang, begitu juga rasa sakit dari luka di kepala dan dadanya.
“Bagaimana…. Apa itu bukan mimpi?”
Fei dengan tak sadar merasa kalau sesuatu yang spesial terjadi kepadanya, tapi dia tak bisa menentukan dimana ‘sesuatu’ itu. seluruh istana benar-benar sepi. Tak ada seorangpun disana. Fei berdiri dari ranjangnnya, dan meregangkan badannya sedikit.
‘Kreeeak–––––’
Suara bajunya yang robek.
Seluruh kemeja ksatria berleher putih milik Fei tiba-tiba robek dibanyak tempat. Kalau kalianmelihatnya saat ini, kalian mungkin akan menyimpulkan kalau dia adalah seorang tunawisma, menilai dari baju dan celananya yang robek-robek.
“Sialan, apa ini?”
Fei jadi agak ketakutan.
Semua hal yang terjadi kepadanya membuat nyalinya menjadi agak ciut. Dia merasa seolah dia hampir mengalami gangguan mental.
Dia melihat dari atas kebawah dengan seksama, dan menyadari kalau baju yang robek agak sedikit kecil untuk ukurannya. Saat ia melakukan peregangan, ia dengan mudah merobek baju yang kecil itu.
“Ada apa dengan kualitas menyedihkan ini? siapa yang membuat pakaian seperti ini untuk seorang raja?”
Angin berhembus kedalam istana, dan Fei merasa kedinginan. Dia hampir telanjang.
“Sialan, aku harus menemukan sesuatu untuk dipakai/dikenakan.”
Fei melirik kesekitar istana dan menemukan perabotan seperti tempat penyimpan baju. Dia membukanya dan menemukan banyak pakaian mewah didalamnya. Dia mengambil satu yaitu baju dan celana ksatria hitam yang pas/cocok. Dia mengenakannya dan berjalan kearah kaca.
Pria yang berada di depan kaca mengejutkan Fei.
Ia adalah seorang pria setinggi 6 kaki. Rambut hitamnya sepanjang bahu diikat dibelakang kepalanya dengan cincin rambut rubi. Wajahnya yang tampan bin gagah serta tubuhnya yang robek? Bisa membuat wanita manapun jatuh hati kepadanya.
“Bangsat! Bajingan ganteng di kaca ini adalah aku??”
Fei tak bisa mempercayainya, ini begitu tak nyata untuknya. Setelah berdansa dan bergaya didepan kaca dan melihat pria dikaca itu menirukan gerakannya, dia akhirnya menerimanya.
“Hahaha, oh meeeen. Meskipun Alexander seorang yang idiot, tapi dia punya wajah yang lumayan! Haha, dia jauh lebih ganteng dibanding diriku.”
Fei tak bisa berhenti berpose dihadapan kaca, seolah ia baru menemukan benua baru.
“Mulai sekarang, aku adalah Alexander!” Fei mengatakannya ke dirinya sendiri dengan senang.
Setelah penemuan barunya, dia langsung berjalan ke jajaran baju zirah ksatria penuh dari abad pertengahan yang ada di tengah istana. Dia mengambil sepasang baju zirah seukurannya, dan mengambil pedang dua tangan yang dipegang oleh baju zirah itu. dia mengayunkannya dengan keras, mencoba menguji kekuatan dan menjadi seorang raja.
Tapi setelah ia melakukannya, ekspresi wajahnya menjadi aneh.
Bagaimana mungkin ini jadi begitu enteng? Ini bukan mainan plastik bukan?”
Sebuah pedang dua-tangan sepanjang 5 kaki setidaknya akan berbobot tiga hingga empat puluh pound. Tapi Fei merasa seolah ia sedang memegang bulu, tak ada berat sedikitpun di tangannya. Ini benar-benar aneh.
“Clang!”
Fei mengayunkannya ke baju zirah penuh dengan pedang itu untuk melihat apakah ini asli atau tidak.
Tapi hal yang tak disangka terjadi –
Baju zirah itu setidaknya setebal satu sentimeter. Tapi pedang itu melewatinya/melibasnya dengan mudah, seolah Fei sedang memotong sepotong kertas. Ayunannya memotong baju zirah itu jadi dua, bagian atas baju zirah itu selanjutnya jatuh ketanah dan membuat suara “Clang” sekali lagi.
“Wow!”
Meskipun Fei tak percaya kepada dewa atau hantu, dia tak punya cara lain untuk menjelaskan apa yang terjadi.
“Kenapa aku menjadi sangat kuat sekarang?”
Fei tak sadar sekali lagi mengayunkan pedangnya, dan dia tetap tak bisa merasakan berat apapun.
Pedang dua tangan ini jelas-jelas senjata asli.
“Perasaan ini….”
Fei menutup matanya mencoba mengingat bagaimana cara memegang pedang. Dan dia merasakan hal yang sama saat ia masih menjadi barbarian di dalam ‘mimpinya’, mengayunkan kapak ganda kearah monster.
“Apa aku…”
Fei terkejut.
“Apa aku membawa kembali kekuatan dari karakter barbarianku dari ‘mimpi’ itu kedalam dunia nyata?”
Dia tak bisa menghilangkan pikiran itu dari benaknya dan dengan cepat mencoba hipotesisnya. Dia menaruk kembali pedang itu ke baju zirah yang rusak itu, dan mencari senjata lain di istana.
Sesuatu dengan cepat menarik perhatian mata Fei.
Jauh dipojok istana ada kapak dua tangan yang besar dan bentuknya aneh. Pegangan dan ujung tajamnya setidaknya sepanjang lima kaki, dan tampak seberat sekitar 100 pound. Kapak itu berdiri disamping baju zirah berat berwarna hitam. Beratnya juga membuat lantai keramik dibawahnya retak.
Pahatan yang aneh di tubuh kapak itu membuatnya menjadi lebih mengintimidasi.
Fei bergegas kesana dan mengambilnya. Tiba-tiba, Fei merasa kalau kapak itu dan dirinya sudah menjadi satu, seolah kapak itu adalah bagian dari tubuhnya.
Dia menutup matanya lagi dan memusatkan perasaannya.
“Ini benar, ini adalah perasaan dari [Weapon Mastery] level 3-ku dalam ‘mimpi’. Apalagi dengan kapak ini, karena aku adalah seorang barbarian.”
Kapak dua tangan itu seperti kincir angin di tangan Fei. Semua teknik kapak dilakukan oleh Fei dengan level seorang ahli, seolah dia sudah menggunakan kapak selama puluhan tahun.
Fei merasa kalau dia bisa menyimpulkan kalau hipotesisnya kali ini terbukti benar.
Dia benar-benar menerima semua skill, kekuatan, dan daya serang serta seluruh atribut dari barbarian level 5 dalam ‘mimpinya’.
Sumber kekuatan baru yang ditemukan Fei membuatnya merasakan keamanan yang dalam/luar biasa.
“Jadi ini rasanya menjadi kuat, entah pada tingkat apa kekuatan ini berada di dunia ajaib ini?”
Fei merasa luar baisa setelah menemukan kekuatan barunya, dia tiba-tiba mengingat “Pendekar” Lampard mengatakan sesuatu tentang musuh yang masih mengepung kastil.
“Mungkin aku harus pergi melihatnya.” Pikiran ini tumbuh semakin kuat dan kuat di dalam benak Fei.
“Mungkin aku juga bisa membantu dengan kekuatanku.”
Fei memutuskan untuk pergi. untuk berjaga-jaga, dia mengambil baju zirah yang paling tebal, dan paling berat di istana dan mengenakannya.
Baju zirah ini secara harfiah menutupi Fei dari kepala hingga ke kaki, hanya meninggalkan lubang terbuka agar Fei bisa melihat keluar baju zirah.
Fei merasa ia mengenakan baju Iron Man pertama dalam film [Iron Man 1], baju yang dibuat oleh Robert Downey Jr. di Irak.
Baju zirah seberat lima puluh pound ini seharusnya secara harfiah membuat Fei tak bisa bergerak ditanah; tapi sekarang, Fei merasa seolah ia sedang mengenakan pakaian berlari merek Nike yang tipis dan anti keringat.
Fei mengetuk helmnya dengan kapak.
“Clang! Clang! –”
Fei merasa puas mendengarnya. “haha, tak akan ada panah yang mengenaiku sekarang!”
“Raja Alexander! Bangun!”
Fei melihat kesekitar saat ia meninggalkan istana dengan perlahan.
Ia ingin menyombongkan diri dihadapan penjaga, tapi siapa yang sangka tak ada yang menjaga sang raja. Istananya benar-benar sepi. Saat ia berjalan, dia melihat dua orang prajurit yang terluka parah tidur disamping gerbang utama istana.
Tampaknya dua prajurit yang kelelahan ini baru saja datang dari garis depan pertempuran.
“Sialan! Istanaku hanya dijaga oleh dua orang prajurit yang terluka, pertempurannya pasti berada dalam puncaknya.”
Suara teriakan peperangan mulai terdengar keras saat Fei mendekati gerbang utama dari kastil.
“Tak ada waktu yang bisa disia-siakan!” pikir Fei seraya bergegas berlari lebih cepat.

Share:

0 comments:

Post a Comment

Blogroll

BTemplates.com

Search This Blog

Powered by Blogger.

Pages