Light novel indo Novel indo Isekai novel indo

Hail the king chapter 30

Chapter 30: Tak Akan ada Pembantaian kalau Kalian Menyerah

Waktu melayang pergi. seperti sebuah badai buruk, sebuah pertarungan kejam akan segera terjadi.
Musuh di sisi lain dari sungai Zuli tampaknya sudah selesai menyiapkan posisi. Pengepungan akan segera mulai sebentar lagi. Brook mulai mengarahkan para prajurit ntuk menyiapkan alat-alat dan mekanisme pertahanan. Kebanyakan anak muda datang ke dinding pertahanan untuk membantu dengan peralatan yang sederhana dan kasar, seperti tongkat kayu dan kapak pemotong.
Akan tetapi, kekuatan bertahan mereka masih tidak ckukup. Ada kurang dari 400 prajurit dari Penjaga Raja karena luka dan cedera yang mereka terima dan sekitar 1,000 anak muda yang baru saja direkrut tanpa pelatihan militer. Jumlah yang kurang dari 1,500 tenaga manusia adalah kekuatan pertahanan terkuat yang bisa dikumpulkan oleh cahmbord.
Kekuatan ini benar-benar sangat lemah jika dibandingkan dengan musuh yang terdiri dari 2,000 prajurit yang dilatih dengan baik.
Untungnya, Chambord memiliki banyak keuntungan karena wilayah mereka. Tapi bahakn dibawah keuntungan tersebut, situasi di Chambord masih tidak optimistis.
Seorang pendekar atau penyihir yang kuat sangat penting dalam peperangan di benua Azeroth. Kalau musuh memiliki satu atau dua petarung lagi seperti Landes, maka Chambord pasti ditakdirkan hancur.
Fei benar-benar sangat gelisah oleh hal ini.
Matahari mulai naik dan suasananya mulai menjadi tegang.
Tampaknya ada sebuah api tak terlihat di udara. Kebanyakan orang merasakan sensasi panas di dada mereka tiap kali mereka bernafas.
Fei berdiri di samping menara kawal dan menunggu pertarungan yang akan segera tiba.
Gill ‘gendut’ berada tak begitu jauh dari Fei. Kakinya bergetar sangat kencang karena takut. pertarungan yang penuh darah sudah membuat tuan muda yang dimanjakan ini ketakutan dan kepalanya menjadi kosong. Untungnya, Bazzer sudah mengirim beberapa penjaga loyal miliknya untuk melindungi Gill, kalau tidak Gill mungkin sudah pingsan.
Apa yang mengejutkan Fei adalah menurut Brook, bajingan berjubah merah ini tak punya kemampuan untuk bertarung sama sekali. Itulah kenapa Fei tak memperhatikannya setelah ia berurusan dengan Conca dan Oleg. Fei berpikir kalau ia bisa kabur dari dinding pertahanan, tapi siapa yang sangka kalau ia akan berjalan ke dinding dan berdiri disamping anaknya.
“Rubah licik ini benar-benar peduli pada anaknya, hah? Dia tampaknya masih punya kemanusiaan….. benar-benar tak terduga…..”
Fei menengok ke Bazzer, tapi ia tak mengatakan apapun. Semua orang menunggu pertarungan yang akan seera dimulai.
Di sisi lain dari parit.
Musuh sudah membentuk formasi sepuluh kotak. Mereka mendekati Chambord langkah demi langkah. Pedang dan tombak bersinar dibawah matahari.
Di dinding pertahanan, suasananya benar-benar sunyi. Semua orang bisa mendengar jantung mereka yang sedang memompa.
Beberapa rekrutmen baru merasakan kalau kaki mereka juga mulai bergetar. Tangan mereka berkeringkat deras; mereka hampir tak bisa memegang senjata mereka lagi. Sebuah pertarungan berdarah akan segera dimulai, dan tak ada stupun yang tau apakah mereka bisa bertahan dalam pertarungan ini. tapi untuk keluarga mereka, mereka tak bisa mundur.
“Tap, tap, tap, tap ––––”
Musuh berbaris dengan serempak. Seperti banjir hitam, mereka mendekati kastil Chambord dengan perlahan dan stabil dengan banyak tekanan. Seperti stik yang memukul drum, suara mereka menyentuh jantung para prajurit. Gerakan mereka menjadi semakin cepat, membuat semua orang di dinding pertahanan seakan tercekik.
Musuh dihadapan mereka membentuk formasi perisai menara.
Ada seratus perisai hitam besar yang tingginya sekitar 2 meter, dan wajah iblis kejam yang dipahat ke perisai tersebut. Perisai itu melindungi semua musuh dibelakangnya dan berjalan kedepan dengan satil, seolah ada sekawanan iblis yang mendekati cahmbord. Formasi mereka berubah saat mereka mendekati jembatan batu. Di setiap baris, formasi sepuluh orang dikurangi menjadi tiga orang, membuat mereka bisa melewati jembatan batu tanpa masalah. Mereka masih melangkah dengan serempak saat ini terjadi.
Tak ada satupun suara selama proses itu. musuh mereka seolah mesin pembunuh yang kejam dan akurat, beroperasi dengan ketat dan tertib. Mereka menampakkan disiplin luar biasa.
Ini semakin membuat Fei merasa tak menentu tentang pertarugnan yang belum terjadi. musuhnya adalah prajurit yang terlatih, sudah jelas. Membandingkannya dengan prajurit disampingnya, Fei tau kalau pertarungan ini akan sulit dimenangkan.
Jarah antara dua pihak mengecil dengan cepat.
Dalam kurang dari 10 menit, formasi menara perisai tersebut melangkahkan kaki mereka pada parit di sisi Chambord. Setelah mereka melakukannya, mereka akan berada di jarah serang dari pemanah Chambord, dan pertarungan akan segera dimulai.
“Ting!”
Brook menarik keluar pedangnya dan naik keatas benteng dan berteriak, “Pemanah…. Bersiap!”
“Kreak, kreak…” itu adalah suara dari para pemanah yang menarik busur mereka. Lebih dari seratus busur besar ditaru hingga membentuk bulan penuh. Ujung berkilau dari tiap panah sama seperti senyuman dari Grim Reaper, menunggu perintah Brook.
Tapi, pada saat itu –
“Tap!”
Formasi menara perisai yang berada di tempat paling depan dari garis musuh berhenti bergerak untuk beberapa alasan. Formasi tombak, formasi pengguna pedang, formasi pemanah dan enam formasi lainnya dibelakang mereka juga berhenti secara bergantian.
Seluruh prosesnya benar-benar seragam, seolah banyak formasi itu hanya terdiri dari satu orang.
“Ada apa ini?”
Setelah melihat hal itu, Fei mengerutkan dahinya. Ia tak tahu apa yang dipikirkan oleh komandan musuhnya.
Brook juga terkejut, tapi ia sama sekali tidak menenangkan diri. Ia berteriak, “Pemanah bersiap, konsentrasi, tak ada seorangpun yang dibolehkan  meninggalkan posisinya!”
Setelah mengatakannya ada perubahan baru pada formasi musuh. Empat ksatria hitam muncul dari dalam formasi dengan perlahan berjalan kedepan formasi menara perisai. Pimpinan ksatria itu memegang tombak ksatria sepanjang 3 meter, dan diujung tombak tersebut ia membawa helm.
Wajah Brook berubah. Ia menarik kembali pedangnya dan bergegas kembali ke Fei; dengan suara yang pelan ia berbicara, “Yang mulia, pihak musuh ingin melakukan negosiasi.”
“Negosiasi?” Fei terhibur.
“Jadi menempatkan helm di tombak berarti musuh ingin melakukan negosiasi di benua Azeroth…..” Fei mengingat informasi kecil ini; ia mungkin harus menggunakannya suatu saat.
“Tapi para bajingan ini punya keuntungan lebih besar, kenapa mereka ingin melakukan negosiasi?” pikir Fei.
“Biarkan mereka mendekat!” perintah Fei pada Brook. ia ingin tahu jenis tipuan macam apa yang dimainkan oleh komandan musuhnya.
“Sesuai dengan keinginanmu!”
Brook berbalik dan memberikan sinyal pada prajurit untuk menerima negosiasi mereka.
Setelah menerima respon, keempat ksatria itu mengendarai kuda mereka ke arah dinding pertahanan dan berhenti dibawah gerbang utama Chambord.
“Mengikuti perintah tuanku, suruh Raja dari Chambord datang dan mendengarkan perintahnya.”
Ksatria hitam bernama [Satu] menghentakkan tombaknya ke tanah. Ia menaikkan kepalanya dan berteriak dengan arogan. Kekuatannya sebagai pendekar satu bintang membuat suaranya terdengar dengan keras danjelas di dinding. Semua orang di dinding mendengarkan dan merasakan arogansi dalam suara itu.
“Katakan apa yang harus kau katakan bangsat!”
Fei berteriakn dengan kasar dari dinding pertahanan. Sikap musuhnya kali ini membuatnya kesal, jadi ia tak repot-repot berpura-pura baik.
Dibawah dinding pertahanan, pupil dari [Satu] mengerut.
Ia tak menyangka aklau raja Chambord adalah ‘banteng’ yang melukai pendekar tiga bintang Landes….. “Sialan! Bukankah informasi dari agen intelejen kita ‘Elang’ berkata kalau raja mereka adalah seorang idiot? Bagaimana ini bisa terjadi?”
Dari jauh. Ksatria bertopeng perak yang mengamati semuanya dari sisi lain sungai juga agak terkejut.
Tapi dengan cepat, senyum muncul di wajahnya, “Ini menjadi semakin menarik. Mengirim seorang raja ke koloseum, trik menakjubkan ini pasti akan membuat para gadis bangsawan disana tertarik… hahaha ini lebih menarik dari yang aku bayangkan!”
Dibawah dinding pertahanan.
“Tuanku sangat baik dan murah hati; ia bersedia membiarkan kalian semua hidup…..” ksatria hitam yang dipanggil [Satu] berteriak dengan bangga, “Dengarkan baik-baik, raja dari Chambord. Tuan berkata kalau kau bersedia membuka gerbang dan menyerah, seluruh anggota kerajaan dan menteri serta petugas kerajaan akan dilindungi oleh kami. Para warga hanya akan dijadikan budak dan tidak dibunuh…..” setelah [Satu] mengatakannya, nadanya berubah. Ia mengejek dan mengancam, “Kalau kalian begitu bodoh dan menolak untuk menyerah, setelah kami menaklukkan kerajaan kalian, kami akan membantai kerajaan kalian dalam tiga hari; tak ada satupun makhluk yang akan bertahan hidup!”
Kata-kata yang digunakan ksatria hitam itu didengar dengan jelas oleh semua orang di dinding pertahanan.
Orang-orang memiliki reaksi yang berbeda. Bazzer, Oleg, dan beberapa menteri lain serta para perwira kerajaan mulai mempertimbangkan ‘saran’ ini dan berpikir untuk menyerah. Beberapa penduduk yang takut mati juga ingin menyerah. Menjadi budak lebih baik daripada mati. Tentu saja, ada orang yang menunjukkan rasa jijik mereka dan memegang senjata mereka dengan lebih erat.
Semua orang mulai menatap Raja muda Alexander.
Keputusannya ada di tangan sang raja muda.
Fei tak langsung menolaknya. Ia melihat wajah semua orang. Setelah melihat ekspresi semua roang., ia memikirkan sesuatu dan berbicara dengan pelan, “Aku tak menyangka musuh akan melakukan hal ini…. ini adalah pilihan yang sulit, hahaha. Mari kita bicarakan hal ini, bagaimana menurut kalian?”
Setelah ia selesai, Sipir Oleg langsung maju dengan tak sanar.
Si penjilat ini tersenyum dengan cerah dan bicara, “Raja agung-ku, Oleg bersedia mati untukmu di medan perang. Akan tetapi, hamba percaya kalau raja harus mempertimbangkan saran dari musuh. Kita hanya memiliki kurang dari 400 prajurit dan semua orang terluka di beberapa tempat. Kalau kita terus bertahan, mungkin kita tak akan mampu menahannya dan akan semakin menyinggung musuh. Kalau demikian maka semua orang di dalam kastil akan mati….. oh, tentu saja! Hamba tak takut mati; hamba hanya berpikir untuk seluruh orang di dalam kerajaan.”
Meskipun ia terdengar seolah peduli, tapi ekspresi di wajahnya menampakkan perasaannya yang sebenarnya. Seorang sipir bisa dihitung sebagai perwira dari Chambord, jadi ia juga akan dilindugi oleh musuh mereka. Ia tak perlu mati, dan ia tak perlu menjadi budak. Sebagai pengecut, ini adalah pilihan terbaik untuk Oleg.

Banyak orang memandangnya rendah pada oleh seolah mereka bisa menembakkan panah dengan mata mereka, tapi Oleg berpura-pura seolah ia tak menyadari apapun.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blogroll

BTemplates.com

Search This Blog

Powered by Blogger.

Pages