Light novel indo Novel indo Isekai novel indo

Hail the king chapter 54

Chapter 54 – Bersama sang Raja
Seketika, Pierce dan Drogba mengaum dan memimpin untuk menyerang musuh; pertarungan antara para pria kuat dan perwira musuh dimulai.
Para pria kuat, termasuk Pierce dan Drogba tidak memiliki energi, dan teknik bertarung mereka tidak sebegitu rapi perwira musuh yang memiliki lebih banyak pengalaman bertarung. Mereka bukan lawan sepadan perwira musuh dalam satu lawan satu, tapi untungnya mereka punya lebih banyak orang, dan juga bantuan dari ‘air sihir’ dalam kantung yang berwarna merah dan biru. Tidak ada satupun dari mereka yang takut mati, jadi gaya bertarung mereka tentunya ingin sama-sama jatuh bersama musuh. Oleg adalah pendekar bintang satu; jadi dia mampu bertahan beberapa saat; tidak yakin siapa yan gakan menang dalam pertarungan ini.
Akan tetapi, korban jelas tak bisa dihindari.
Seorang perwira menghindari serangan kapak dari seorang pria kuat, dan mengayunkan pedangnya seperti ular berbisa; pedangnya masuk lewat celah tipis diantara zirahnya dan mengenai perut dari seorang pria kuat…
Tubuh pria tersebut langsung terdiam setelah terkena luka; jelas dia tidak akan mampu hidup melewati hari ini.
Tapi sebelum perwira musuh itu bisa tertawa dan menarik pedangnya, perwira itu ketakutan karena pria yang sudah dilukai parah olehnya melempar kapaknya dan menguncinya menggunakan kedua tangannya. Tangan kuatnya memegangnya erat, dan perwira itu kesulitan bernafas. Sebelum dia bisa bereaksi, pria kuat yang terluka itu berteriak, “Hidup Raja Alexander!” dan dengan garang berlari, mengarahkan tubuhnya ke perwira musuh lainnya. Dalam rangkaian lenguhan, pria kuat itu mendorong dua perwira musuh lain yang tidak sempat menghindar, dan mereka berempat jatuh ke dalam sungai. Seketika, mereka berubah menjadi tulang putih setelah dimakan oleh hewan pemakan manusia yang sudah berkumpul di bawah jembatan.
Strategi mengorbankan diri para pria kuat ini membuat takut semua perwira musuh.
“Breno!!!”
Setelah melihat Breno yang mati terjatuh ke sungai, Pierce merasa seolah ditusuk oleh seseorang di jantungnya. Dia tidak menghindar dan membiarkan satu perwira musuh menusuk kakinya, dan kemudian membalas dengan hantaman kuat. Hantamannya membuat kepala musuh berpindah ke dadana.
Pertarungan menjadi semakin sengit, dan kedua pihak sudah menuia korban.
Angin musim gugur berhembus di medna peperangan dan menggemakan suasana yang serius dan tragis ke udara.
Para pria kuat ini hanyalah orang biasa yang tidak memiliki energi, tapi mereka semua bersinar dengan kemenangan luar biasa seraya mengikuti teriakan Breno dan juga lompatanya yang bulat dan tragis ke dalam Sungai Zuli.
Para pria kuat yang bersimbah darah membangun dinding daging dengan nyawa mereka tepat di atas jembatan batu tua ini; meskipun mereka harus mati, mereka akan melindungi kerajaan dan keluarga di balik punggung mereka.
Dibawah bayangan epdang dan juga percikan darah.
Hentakan kaki mereka tegas dan tenang. Meskipun mereka tertusuk pedang, meskipun tangan mereka terpotong, meskipun darah muncrat dari helm mereka… mereka tidak akan mundur selangkahpun. Mereka semua berteriak, “Puji sang Raja!” seraya menyerang musuh yang lebih kuat dibanding mereka. Mereka tidak ragu untuk menghadang jalan musuh yang memiliki energi dan ingin membunuh mereka.
Intensitas pertarungan itu tidak bisa dijelaskan. Pada akhirnya, para perwira musuh goyah dengan keinginan membunuh musuh dan tidak berani menghadapi musuh yang jauh lebih lemah dibanding mereka. Mereka takut dan bahkan beberapa sudah berbalik dan mencoba kabur…
Banyak orang yang berdiri di dinding pertahanan Chambord hening seraya air mata menetes. Api amarah terbakar di mata semua orang. Darah mereka mendidih tanpa henti dan tangan mereka yang sedang memegang senjata mulai gemetar karena amarah. Beberapa prajurit tidak bisa menahan lagi dan mengaum seraya turun dari tali yang mengantung di dindin gpertahanna. Mereka ingin membantu pasukan sekaligus keluarga mereka yang sudah membangun dinding manusia itu!
Fei yang sedang bertarung dengan pendekar bintang tiga Landes melihat semu aini.
Setelah melihat Breno si pria kuat lompat ke sungai dengan musuh, rasa sedih luar biasa mengisi hatinya, seolah dia sudah kehilangan orang yang dicintainya. Fei merasakan sesuatu yang membara di tubuhya, dan kalau dia tidak segera menyelesaikannya, dia akan terbakar menjadi abu….
Fei berteriak seraya berbalik.
Dua puluh pria kuat ini dibawa keluar kastil oelhnya. Selain Breno yang sudah mengorbankan nyawanya sendiri, Fei bersumpah pada dirinya sendiri untuk membawa sisa pria kuat ini kembali dengan aman ke Chambord.
Landes mendaratkan empat atau lima luka dalam di punggung Fei saat dia berbalik, tapi Fei seolah tidak merasakannya. Kapaknya berubah menjadi angin topan lagi di tangan Fei dan memotong perwira musuh yang tersisa menjadi berkeping-keping. Fei berteriak ke pria kuat yang tersisa, “Mundur…. Kembali, kembali ke kastil! Prajurit, misi kita sudah selesai!”
Akan tetapi –
“Kami akan tinggal bersamamu Raja – !”
Itu adalah jawaban dari semua pria kuat; tanpa ragu. Beberapa dari mereka masih tertancap pedang ditubuhnya, ada lubang penuh darah di zirah mereka, dan hanya bisa berdiri dengan bantuan kawan mereka. Tapi, keputusan mereka setegar gunung dan tidak ada satupun yang mau mundur.
Fei tersentuh dan khawatir di saat yang sama.
Dia menyerang secara horizontal ke udara dan menghindari pedang Landes yang seperti ular yang sedang mengarah ke kepalanya. Fei berteriak, “Pierce, aku memberi perintah kepadamu sebagai raja: bawa para prajuritku kembali ke Chambord sekarang! Jangan melawan perintahku…. Percayalah, aku punya jalan keluar dari sini.”
Pierce menundukkan kepalanya dan menghindari tatapan Fei.
Sebagai prajurit dari Penjaga Raja, dia memiliki ribuan alasan untuk tetap tinggal dan bertarung di samping raja. Kalau raja masih tidak terhentikan seperti sebelumnya, mundur sudah diperhitungkan olehnya. Tapi, mereka semua bisa melihat setelah kemunculan pendekar bintang tiga musuh, alexander tidak bisa bertarung semudah sebelumnya. Mereka berdua sama-sama kuat, dan tidak ada diantara mereka yang bisa mengalahkan lainnya dengan cepat. Kalau mereka mundur sekarang, itu berarti mereka akan meninggalkan Raja dalam keadaan yang berbahaya….  Mereka lebih baik berdarah dan mati di medan pertempuran daripada meninggalkan Raja mereka dalam bahaya.
Setelah menghidnari tatapan Fei, Pierce dan Drogba menyuruh para pria kuat meminum air di dalam kantung air diam-diam. Sebelum luka di tubuh mereka bisa sembuh dengan baik, mereka kembali membentuk formasi ‘V’ mereka dan Pierce menjadi jarum penusuk dan memimpin serangan.
“Yang mulia, semua trebuchet dan tangga pengepung sudah hancur. Kami akan tinggal, tolong kembali ke Chambord!” Pierce berteriak seraya mulai menyerang.
Fei tidak mengatakan apapun setelah melihatnya.
Dia tahu dalam situasi seperti ini, meskipun dia menggunakan statusnya sebagai raja, dia tidak akan mampu memerintahkan para prajurit keras kepalanya kembal ike kastil. Dia mengubah gaya bertarungnya dan mengindahkan pertahanannya. Dia juga melakukan strategi mengorbankan diri sendiri, dan menyerang titik vital di tubuh Landes.
“Hahaha, kau tersudut! Ini tidak ada gunanya, kalian semua akan mati!”
Landes tertawa. Dia sudah melihat kemenangnanya, jadi dia tidak bertarung dengan Fei menggunakan kekuatan penuhnya. Kalau dia bisa mengulur pertarungan dengan musuh yang berzirah penuh ini, seraya berlalunya waktu, mereka bisa membuat musuh mereka lemah dengan keuntungan jumlah mereka.
Fei jelas mengerti rencana Landes.
Dia bahkan melihat tim musuh sudah mendekati jembatang membawa busur panjang dan panah besar di tempat anak panah mereka di sisi lain sungai. Meskipun mereka masih satu mil jauhnya, insting Barbarian Fei sudah mengingatkannya betapa besarnya ancaman dari para pemanah itu.
Akan tetapi, Fei tiba-tiba meraskaan sesuatu yang lebih mengancam dari para pemanah itu, dan membuat pikirannya menjadi bingung. Perasaan mengerikan mini membuatnya merasa seolah menjadi target dari ular berbisa yang mengincarnya.
Fei dengan cepat mengindentifikasi sumber dari perasaan terancamnya –
Di sisi selatan jembatan, sebuah kabut awan hitam perlahan muncul. Sosok hitam perlahan terlihat berjalan di dalam kabut awan itu, dan Fei yang berpengalaman tahu kalau itu adalah sihir dan ruang kekuatan magis yang agresif dan kuat dari sosok itu. Diluar ekspektasi Fei; bahkan dibawah serangan bos terkuat yang sudah dihadapinya di Dunia Diablo – Griswald, dia tidak merasa terancam seperti ini….
“Itu adalah ahli sihir… jauh diatas tingkat bintang tiga!”
Fei terkejut. Seketika, dia tahu kalau sosok bahaya sebenarnya baru tiba.
Dia tidak menyangka kalau boss super bersembunyi diantara pasukan musuh. Keadaannya berubah dari buruk menjadi memburuk. Saat sosok dalam kabut hitam itu mendekeat kurang dari 300 meter, yang mana adalah jarak cakupan rata-rata dari sebuah mantera, Fei dan para pria kuat tidak akan memiliki kesempatan untuk kabur.
Apa yang lebih mengejutkan adalah dengan munculnya penyihir seperti itu semua kerja keras yang mereka lakukan untuk misi ini sia-sia. Penyihir yang berada di atas bintang tiga dua puluh kali lebih berbahaya untuk Chambord dibandingkan enam trebuchet.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blogroll

BTemplates.com

Search This Blog

Powered by Blogger.

Pages