Lenguhan dari para prajurit, teriakan dari yang terluka, teriakan dari para perwira, serta suara tabrakan dan hancurnya suatu logam …. Suara-suara ini biasanya membuat tulang orang-orang yang bergabung bersama di dinding pertahanan menggigil dan membentuk simfoni keheningan.
Suara sorak terdengar dari dinding pertahanan; ini benar-benar sangat sulit ditahan.
Semua ketakutan dan kekhawatiran mereka berubah menjadi sorak keras.
Serangan kapak dari dewa itu mengenai formasi perisai-tombak naga, tapi itu juga menyentuh hati semua orang di dinding. Seperti obor api di kegelapan; itu memberikan mereka harapan dan menyalakan darah dan jiwa mereka.
Di dinding pertahanan, semua orang tahu kapak milik siapa itu. semua orang tahu wajah siapa yang berada di balik helm itu, karena semua orang melihat raja muda dan pemberani itu turun dari dinding pertahanan dan berdiri di depan orang-orang lainnya. Punggungnya menghadap ke pengikutnya seolah sedang menghadapi lawan terkejam.
Semua orang di dinding menangis. Mereka berteriak, lompat dan melepaskan pukulan mereka ke udara dnegan liar, seolah mereka bisa memberi semangat orang-orang pemberani yang menyerbu masuk ke dalam musuh dan bertarung disamping raja mereka.
Di sisi lain dari sungai Zuli.
Ksatria bertopeng perak merasa suram. Sikapnya yang ingin menonton pertunjukan seru dengan yakin menghilang. Ekspresinya sama seperti menemukan kalau ia menggigit batu keras dan membuat giginya cuil setelah menggigit sepotong daging lezat.
Setelah kapak itu dilemparkan, jantungnya berdetak lebih kencang dan ia tahu ada sesuatu yang salah.
Formasi menara perisai yang dia banggakan bahkan tak bisa bertahan untuk sedetikpun, dan langsung dihancurkan oleh musuk. Kemudahan mereka menerobos masuk formasi adalah tamparan besar di wajahnya.
Kekuatan penghancur yang dibawa kapak itu membuatnya merasa terancam untuk pertama kalinya. Ini seharusnya bukan kekuatan yang dimiliki pria manapun. Tak ada sedikitpun gejolak energi, jadi jenis kekuatan seperti apa itu?
“Ksatria hitam, turunkan titahku, tinggalkan formasi depan yang kacau dan ubah menjadi [Formasi Mengunci]; pastikan semua prajurit mengurung mereka. Tempatkan tombak naga dan jaga jarak, jangan melawan mereka dengan ceroboh…..”
Ksatria bertopeng perak itu menenangkan diri dengan cepat dan menunjukkan kemampuan adaptasi mumpuni dan melakukan rencana lainnya.
Matanya tak bisa dibodohi. Ia bisa mengenali kalau ‘pasukan kematian’ dari dua puluh orang itu bukanlah pendekar berbintang, tapi hanya orang biasa yang memiliki kekuatan fisik besar. Saat pertarungan berlangsung, mereka akhirnya akan lelah dan akan lebih mudah untuk membunuh mereka.
Akan tetapi ksatria bertopeng perak tak bisa menunggu lagi. Meskipun ia dilatih untuk menjadi tenang dalam situasi apapun dan diajari banyak teknik untuk memimpin pasukan dan membaca pikiran orang lain, setelah kekalahan beruntun dalam pertarungan melawan musuh yang seperti semut, ia merasa malu. Ia memutuskan tak perlu menunggu lagi dan menghancurkan musuh dengan cara terkuat lalu menaklukkan kastil Chambord sekaligus.
Setelah ia memikirkannya sementara, ia bicara dengan dingin sembari menggertakkan giginya, “Beritahu pendekar bintang tiga Landes untuk berhenti melindungi trebuchet dan bergabung dengan prajurit perisai menara yang lainnya untuk menghabisi para bajingan itu sekarang…. Suruh pasukan sisanya bersiap; mulai mengepung setelah itu!”
Setelah ksatria bertopeng perak memberikan dua perintah dan yakin kalau mereka sudah menutupi semuanya, ia mengayunkan cambuk kudanya dan ksatria hitam berusaha menurunkan titahnya.
……
……
Di jembatan, pertarungan masih berlangsung.
Dengan menggunakan kekuatan monster dari Barbarian level 12, Fei menghancurkan jalan untuk masuk kedalam formasi. Dua puluh orang kuat mengikutinya dengan ketat; bersama, mereka seperti pedang tak tertandingi yang menusuk jantung musuh.
Formasi Menara Perisai memiliki kekuatan bertahan depan yang sangat kuat; bahkan kavaleri yang menyerang tak akan bisa dengan mudah melewati mereka. Akan tetapi, prajurit yang berada di balik tameng hanya menggunakan zirah kulit; saat musuh menembus, tanpa memiliki perlindungan dari tameng besi raksasa, mereka akan menjadi seperti babi di rumah jagal.
Pierce dan Drogba berada tepat dibelakang Fei, mereka berdua adalah orang terkuat di Chambord; kapak perang dan palu menghantam dan menghancurkan musuh dengan daya serang yang kuat. Musuh yang berada di dalam perisai menara itu terbunuh saat senjata mengenai mereka dan terluka saat senjata menyentuh mereka; tak ada apapun yang bisa menghentikan mereka.
Di jembatan kecil itu, darah merah terlukis dimana-mana. Dimanapun ‘pasukan kematian’ pergi semua berubah menjadi kacau.
Karena dibatasi oleh tempat, meskipun ada lebih banyak musuh, mereka tak bisa mengepung Fei dan para orang kuat dengan benar. Jarak antara jembatan hanya bisa menampung sekitar lima belas orang, jadi keunggulan angka mereka tak bisa digunakan dan mereka mendapatkan kerugian.
Di kekacauan, seorang perwira musuh yang hampir menjadi pendekar berbintang satu melihat orang yang menghancurkan formasi perisai menara sudah tak memegang senjata lagi. Ia langsung bergembira; ia merasa Dewi Keberuntungan memberkahinya. Ia mengambil tombak naga yang patah setengah dan dengan diam-diam menggunakan energi yang ia miliki untuk menusukkannya ke Fei saat ia lengah.
Meskipun tombaknya setengah patah, beratnya sekitar lima hingga enam puluh pound. Dengan momentum yang tepat dan energi yang hampir mendekati pendekar bintang satu, ujung tombaknya bersinar dalam cahaya haus darah; dan ditujukan ke jantung Fei.
“Pergi ke neraka!”
Perwira musuh itu tertawa seolah ia sudah melihat darah keluar dari dada musuhnya setelah jantungnya tertusuk. Jelas, kalau ia bisa membunuh orang sekuat ini, itu adalah jasa militer besar dan ia akan diangkat menjadi perwira berpangkat lebih tinggi.
Tapi –
Senyum perwira itu membeku diwajahnya.
Selanjutnya berubah menjadi wajah pucat yang mengalami ketakutan dan sakit bukan main.
Pria tanpa senjata itu sama sekali tak panik setelah melihat serangan tiba-tiba itu. malah, senyum licik dan sombong terlihat dari helm pria itu. ia menggenggam udara; setelah itu muncul kilau cahaya putih, seperti sihir, kapak besar lainnya muncul dari tangannya entah darimana!
“Ting!”
Sebuah serangan frontal.
Kapak itu dengan akurat mencincang ujung dari tombak. Setelah percikan dari tabrakan logam hilang, ujung kapaknya berubah menjadi garis putih tipis di mata perwira. Seperti pisau tajam yang memotong kue susu lembut, kapak itu memisahkan tombaknya menjadi dua. Dengan sisa momentumnya, kapak itu juga membelah tubuhnya…..
Ia merasakan dingin.
Tombak naga, perwira itu…..
Kapak itu melewati keduanya dengan mudah. Setelah berhenti sejenak, mereka berdua masing-masing terpisah menjadi dua potong.
Tak mungkin darah yang keluar bisa dihentikan.
Organ dalam pria itu berwarna merah cerah, anggota tubuhnya membalut tulang putihnya, dan tombak naga yang panas pecah kemana-mana.
Darah di udara menyentuh tombak rusak itu, yang masih panas karena gesekan tinggi dari tabrakan tadi. Itu mengubahnya menjadi awan uap darah. Lebih banyak darah mengenai tombak itu, dan uap yang muncul hampir menyelimuti mayat disekitar. Udara yang ada benar-benar merah dan berbau tak sedap
0 comments:
Post a Comment