Dalam beberapa menit, hampir semua monster di tempat perburuan bergabung dalam ‘parade’, seolah mereka sedang merayakan sesuatu yang penting. Saat Fei mencapai persimpangan antara [Ladang Darah] dan [Dataran Dingin], ada sekitar tiga atau empat ratus monster dan iblis yang mengejarnya.
“Sialan!”
Fei sangat senang saat melihat hal ini. meskipun monster-monster ini berlevel rendah, jumlah besar mereka masih akan memberinya jumlah experience yang besar. Ia berhenti berlari dan mulai membersihkan para monster. Ia mengayunkan tongkatnya.
Skill Racun – [Teeth]
“Whirr-”
Sebuah awan energi kematian dingin mengalir keluar dari tongkatnya. Tiga tulang berbentuk gigi muncul entah darimana; tulang tersebut diselimuti oleh energi kematian dan melesat kearah para monster seolah mereka mengikuti arahan aneh di udara. Tiga puluh [Fallen Shaman] yang memimpin ‘parade’ dihancurkan berkeping-keping.
“Krak, krak –”
Energi mengerumuni mayat [Fallen Shaman] dan mulai bergerak. Dengan cepat, daging monster tersebut meledak dan sebuah tengkorak memegang pedang tulang di tangan kirinya dan tameng tulang di tangan kanannya berdiri. Tengkorak tersebut dengan sempurna menghadang laju monster. Tengkorak tersebut cepat, dan juga; tengkorak tersebut mengayunkan pedangnya dan membunuh sepasang [Fallen Shaman] yang berada didekatnya.
Sementara tengkorak petarungnya menghadang ‘pasukan monster’, Fei menyalahgunakan [Teeth]. Sejumlah tulang berbentuk gigi melesat kearah kerumunan monster.
Fei bahkan tak perlu menarget apapun; ada begitu banyak monster hingga selama Fei menghadap kearah yang tepat, skillnya akan bisa menghancurkan beberapa pasang monster. [Teeth] memiliki efek penetrasi, jadi skill tersebut setidaknya bisa membunuh beberapa pasang monster di jalurnya.
Setelah enam detik, tengkorak petarung yang dipanggil oleh Necromanecr Fei dihancurkan menjadi berkeping-keping oleh para monster. Fei berbalik dan berlari lagi untuk menjauh dari pasukan monster tersebut.
Ia kembali memanggil tengkorak petarung untuk menghadang jalur mereka dan sekali lagi menembakkan banyak [Teeth] pada monster dihadapannya. Proses tersebut diulang beberapa kali.
Meskipun ada beberapa situasi berbahaya, Fei bisa bereaksi dengan cepat. juga, dengan lebih dari sepuluh botol [Minor Healing Potions] dan [Minor Mana Potions], ia bisa dengan mudah hidup.
Setelah lima menit, monster terakhir dalam pasukan tersebut berteriak sembari terjatuh dalam kubangan darahnya sendiri.. Fei melirik medan pertempuran yang dipenuhi dengan anggota tubuh yang hancur dan organ yang berserakan. Darah monster dan iblis mengotori tanah. Hujan dan semua darah yang ada, satu-satunya warna yang bisa Fei lihat adalah merah. Bau dari darah dan daging memenuhi hidung Fei.
Itu benar-benar pembantaian satu sisi, tapi Fei hanya merasa kebas. Ia merasa seolah ia mulai terbiasa dengan membunuh dan kematian. Ia berevolusi dari seorang mahasiswa sebuah universitas yang akan merasa pusing setelah melihat darah apapun menjadi ‘Jagal Super’ yang keadaan mentalnya sama sekali tak terpengaruh meskipun jutaan orang terbunuh.
Selain mayat, ada juga koin emas dan item yang bersimbahkan hujan dan darah.
Karena semua monster berlevel rendah, tak ada begitu banyak barang bagus. Waktunya cukup sempit; Fei melirik keseluruhan dan melemparkan empat magic item biru kedalam [Slot Item]-nya; ia tak repot-repot mengambil lainnya.
Ada kurang dari 15 menit sisa waktu. Angin dingin berhembus kearah Fei setelah ia melangkah masuk ke [Dataran Dingin]. Monster disini lebih kuat dan lebih agresif. Fei meneguk sebotol [Stamina Potion] dan mulai berlari lagi. Sama seperti saat berada di [Ladang Darah], monster mulai mengejar Fei setelah ia membuat banyak kebisingan.
Untuk pertama kalinya, Fei menemukan efek yang bekerja di dunia Diablo di waktu malam. Itu lebih realistic dibandingkan dengan game aslinya dan monster yang ada lebih fleksibel dan nyata dibandingkan kode program seperti permainan aslinya.
Setengah jalan ke tanah pemakaman, Fei harus berhenti dan mengatasi monster yang mengejarnya. Kalau ada terlalu banyak monster mengejarnya, Fei berpikir kalau ia tak akan bisa mengatasi mereka semua sekaligus, meskipun mereka masih termasuk berlevel rendah dan tak ada mini-boss diantara kerumunan. Seorang pria bukanlah lawan untuk sebuah pasukan. Kalau jumlah mereka cukup besar, semut bahkan bisa mengalahkan seekor gajah.
Fei berhenti dan menggunakan taktik yang sama –
Ia memanggil tengkorak petarung untuk menahan monster dan menembakkan banyak [Teeth] dibelakangnya.
Empat menit pertama berjalan dengan lancar. Para monster terjatuh dan mati seperti panen dibawah taktik mematikan Fei, dan jumlah monster menjadi jauh lebih kecil. Tapi situasi tiba-tiba berubah –
Mungkin karena monster lain mendengar suara dari medan pertarungan dan teriakan putus asa dari kaum mereka; banyak monster berlari kearah pertarungan dari berbagai penjuru. Satu tengkorak petarung saja tak cukup untuk menahan mereka. Fei mulai berlari kesana kemari, meneguk potion sembari menghindari serangan dan menggunakan [Teeth] untuk melawan.
“Sialan, kenapa mereka menjadi sangat aktif di malam hari? Mereka seperti telah meminum Viagra…..”
Fei merasakan tekanannya.
Meskipun ia tak berada dalam bahaya, tapi tak ada waktu yang bisa dibuang. Kalau ini terus berlanjut, ia tak akan bisa sampai ke tanah pemakaman dan membunuh [Blood Raven] tepat waktu. Tujuannya adalah mendapatkan level 6 dan mempelajari [Corpse Explosion] sebelum meninggalkan dunia Diablo mungkin tak bisa dilakukan.
Setelah Fei memikirkannya, ia meningkatkan kecepatan menggunakan sihirnya, tapi ada terlalu banyak monster yang perlu dibunuh. Setelah beberapa dari mereka mati, bahkan lebih banyak monster ikut kedalam pengejaran. Akhirnya, Fei membunuh banyak monster, tapi lebih banyak monster datang mengejarnya.
“Sialan! Aku tak membunuh keluargamu bukan?”
Fei mulai frustasi. Ia menggunakan tongkat sihirnya sebagai tongkat untuk menyerang beberapa monster yang terlalu dekat dan terus melemparkan skill [Teeth] dan [Raise Skeleton]; ia beruntung tak ada jeda waktu untuk sihir di dunia Diablo. Ia bisa menggunakan skill-nya sebanyak mungkin yang ia mau selama ia masih memiliki cukup mana.
Fei menari diantara monster sembari meneguk [Minor Healing Potions] dan [Minor Mana Potions].
Para monster masih berlevel rendah di [Dataran Dingin] dan mereka bukanlah monster dan iblis dengan jarak serang jauh. Fei bisa bertahan dalam situasi seperti ini.
“sialan! Aku harus pergi ke [Blood Raven] dengan kecepatan seperti ini….”
Setelah mengecek waktu, Fei tau kalau hanya tersisa beberapa menit lagi.
Jelas saja, setelah sekitar lima menit, suara misterius nan dingin muncul di benak Fei –
“Pemain Fei, kau telah mencapai batas bermain maksimum hari ini, tolong bersiap untuk meninggalkan dunia Diablo dalam 10….. 9….. 8….”
Fei merasa tak berdaya.
Ia akhirnya tak bisa naik ke level 6; ia sudah berada di level 5 cukup lama dan butuh sedikit lagi experience untuk naik ke level 6. Ia sangat dekat pada [Corpse Explosion], yang mana akan membantunya mengalahkan musuh yang mengepung Chambord….
“Persetan dengan para bajingan pemakan Viagra ini!”
Fei kesal. Ia menembakkan sebanyak mungkin [Teeth] ke kerumunan monster selama ia bisa sebelum akhirnya pergi. energi yang menyelimuti tulang tajam tersebut melesat ke tempat dimana banyak monster berada’ beberapa teriakan kesakitan muncul…..
Saat itu, sesuatu yang tak terduga terjadi –
“Ding!”
Suara jelas terdengar di telinga Fei.
Sebuah cahaya putih turun dari langit dan menyelimuti Fei. Sensasi menyenangkan memenuhi tubuh Fei. Seluruh lukanya dengan cepat pulih dan darah serta mana-nya kembali penuh.
Naik level!
Fei naik level di detik terakhir.
Ia benar-benar terbakar!*
*semangatnya mungkin?
Ia tak punya waktu untuk mengkhawatirkan hal lain; apa yang ia lakukan di detik terakhir adalah membuka pohon skill Necromancer dan menambahkan satu poin pada [Corpse Explosion].
“tampaknya keberuntunganku tidak buruk, menyelesaikan tujuanku di detik terakhir.”
Fei merasa lega.
Saat itu, semua hal dalam pandangannya tampak terpelintir. Ia merasakan nol gravitasi lagi dan kegelapan menyelimutinya. Fei ditendang keluar dari dunia Diablo.
….…
……
Kastil Chambord.
Akhirnya sudah siang.
Meskipun saat ini adalah musim gugur, panas yang terasa masih tak tertahankan. Dinding pertahanan gelap mulai memanas melawan matahari, begitu juga dengan senjata dan zirah para prajurit. Beberapa prajurit terlalu kelelahan dan mereka mulai duduk untuk beristirahat.
Rasa letih dan khawatir seolah menjadi dua gunung yang menduduki benak para prajurit, membawa mereka lebih dekat pada gangguan mental. Musuh mereka masih belum mengepung.
Akan tetapi, para prajurit Chambord merasakan pandangan bengis dan dapat membunuh dari mereka. Para musuh sama seperti ular yang melingkar di jembatan batu; mereka bisa merasakan dingin di tulang mereka dibawah cerahnya matahari.
Tak ada yang tahu kapan tekanan yang menyesakkan ini akan berakhir.
Tak ada yang tahu kapan pertarungan penuh darah akan meletup.
Tak ada yang tahu apakah Chambord akan tetap sama setelah pertarungan dan apakah mereka bisa berjalan menuruni tangga dinding pertahanan hidup-hidup dan memeluk anggota keluarga mereka yang menunggu di depan pintu rumah mereka….
Brook sedang berjalan disekitar dinding pertahanan, mencoba memotivasi para prajurit. Akan tetapi, apa yang dilakukannya tak efektif. Keletihan mental dan fisiologis tak akan pergi begitu saja setelah berbicara.
Komandan kedua dari Penjaga Raja dengan cepat menemukan kalau kemampuan memberi semangatnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan raja Alexander. Sang raja muda bisa memotivasi para prajurit hanya dengan beberapa kalimat, sementara Brook sudah mengatakan lebih dari seratus kalimat dan hampir tak mendapatkan reaksi apapun dari para prajurit.
Gill si gendut bernafas dengan berat sembari duduk di tanah. Ia mungkin akan mati kalau pendekar dari keluarga mereka tak memegangkan payung untuknya. Kepala Menteri Bazzer berdiri dibelakang Gill dengan tenang. kedua matanya memicing,dan tak ada yang tahu apa yang ia pikirkan….
Sipir Oleg sedang duduk ditempat dimana Fei memerintahkannya untuk dijaga. Bagian dada dari zirahnya diambil olehnya untuk digunakan sebagai kipas. Ia menggumamkan sesuatu seraya mengibaskan bagian dada untuk membentuk angin. Ia melihat kearah musuh di seberang sungai dan melihat ke pendekar nomer satu Lampard seolah ia sedang merencanakan sesuatu. Akan tetapi, setelah ia melihat mayat Conca yang masih tertancap di dinding menara jaga, ia menurunkan pandangannya.
Pierce membawa [Pedang Raja] yang diikat ke punggungnya. Ia berjalan disekitar menara jaga dengan khawatir.
Seiring berlalunya waktu dan naiknya temperature di dinding pertahanan, ia menjadi semakin tak sabar. Ia tak tahu apa yang dilakukan sang raja di dalam menara. Suasananya benar-benar hening; tak ada satupun suara keluar dari dalam bangunan. Kalau Pierce tak ditundukkan oleh Fei, ia mungkin akan segera masuk dan bertanya apa yang terjadi.
Saat itu, tiba-tiba –
Pendekar tiga bintang Lampard terkejut. Ia merasakan kekuatan yang kuat, tapi mengerikan datang dari dalam menara jaga, yang benar-benar mengejutkannya.
Di saat yang sama, pendekar satu bintang Oleg juga merasakan sesuatu. Ia merasakan tekanan luar biasa diberikan kepadanya; tekanan tersebut jauh lebih kuat dari apa yang bisa ia tangani. Tekanan tersebut terasa seperti tatapan Grim Reaper. Ia hanya merasakan hal seperti ini saat Lampard marah. “Lampard tak sedang marah kan, mungkin…. Mungkinkah ini Alexander?”
Pendekar satu bintang, Brook juga merasakan hal yang sama. Ia menengok ke menara jaga dengan kegirangan.
Orang terdekat dari menara jaga adalah penyihir pemula Gill. Seolah ia melihat sesuatu yang paling ia takuti, ia melompat dari tanah dengan terkejut seraya gemetar. Setelah melihat reaksi anaknya, Bazzer membuka matanya seolah ia memikirkan sesuatu yang menarik, dan kemudian memicingkan matanya lagi.
Tentu saja, selain penyihir danpendekar, prajurit biasa tak akan bisa merasakan apapun. Ini termasuk Pierce.
Ia hanya memiliki kekuatan melebihi manusia biasa; meskipun ia merasa kalau suasana di dinding pertahanan berubah sedikit, ia tak bisa menunjukkan dari mana perubahan tersebut berasal.
……
Di dalam menara jaga.
Fei membuka matanya. Ia melihat kearah jendela yang hancur untuk memeriksa musuh. Empat jam sudah berlalu dan situasi di Chambord benar-benar hampir mirip dengan apa yang diprediksikan oleh Fei – komandan dari musuh seperti kobra yang tidur, masih menunggu kesempatan/momen terbaik untuk menyerang.
Situasinya masih membeku. Kalau seperti ini semuanya tergantung pada kualitas para prajurit.
Dibandingkan dengan musuh yang terlatih dengan baik, kekuatan bertahan Chambord sama seperti pemula, tak peduli apakah itu penjaga raja ataupun pemuda yang baru direkrut. Seiring melayangnya waktu, jarak diantara kekuatan penyerang dan penahan akan semakin lebar, dan musuh tampak semakin berbahaya dan tak terhentikan.
Kalau Fei tak salah, komandan musuh misterius sedang menunggu waktu yang tepat – setelah makan siang, adalah waktu paling melelahkan dari hari orang-orang kebanyakan, dan itu adalah wkatu yang tepat untuk menyerang.
Fei melihat keatas langit dan tahu kalau ada sekitar 20 menit tersisa sebelum makan siang.
Pertarungan akan segera berlangsung. Ia harus mulai membuat rencana. Fei berdiri dari batu tempatnya duduk. Ia tak langsung berjalan keluar dari bangunan tersebut.
Ia menutup matanya dan mencari kekuatan yang ia bawa dari dunia Diablo. Dari pengalaman Fei, selain kekuatan dari Barbarian level 12, ia juga memiliki kekuatan dari Sorcerer level 3, Paladin level 3 dan Necromancer level 6.
Perlahan, ia merasakan sesuatu.
Medan gaya yang mematikan, tak menentu dan dingin mengelilinginya. Medan tersebut tampak misterius dan kompleks.
Rasanya benar-benar familiar. Fei membuka tangannya. Tiba-tiba, sebuah awan putih energi kematian terbentuk dalam putaran angin di telapaknya. Energi tersebut membuat suara dan berputar, seperti tornado berukuran mini.
“Ini adalah…. Energi kematian dari seorang Necromancer.”
Fei girang. Tapi selanjutnya, kedua alisnya mengerut.
Ia tak bisa merasakan kekuatan apapun dari Barbarian, Sorcerer dan Paladin selain kekuatan Necromancer. Tak peduli sekuat apapun ia berusaha, tak ada respon apapun.
“Apa yang terjadi?” Fei menutup matanya dan berpikir.
Ia gugup, “Ini seharusnya tak…. Sialan, apa hipotesisku membawa semua class ke dunia nyata salah?”
Saat itu –
“Petunjuk: hanya satu karakter yang bisa digunakan dalam satu waktu. Kalau kau ingin menggunakan kemampuan karakter lain, tolong mengganti karakter.”
Suara misterius nan dingin terdengar di benak Fei.
“Mengganti karakter?”
Fei bingung. Tapi setelah memikirkannya dalam beberapa detik. Fei mengerti apa maksudnya.
“Jadi seperti ini.”
Fei berkata, “Ganti ke Barbarian” dalam benaknya.
“Hu –”
Sesuatu yang ajaib terjadi detik setelahnya.
Awan putih dari energi kematian menghilang dari telapak Fei, begitu juga dengan medan gaya kematian, dingin dan tak menentu.
Fei tak merasakan kekuatan Necromancer sama sekali; seolah kekuatan tersebut tak pernah ada. Apa yang bisa ia lakukan sekarang adalah merasakan kekuatan fisik luar biasa dari Barbarian level 12.
0 comments:
Post a Comment